AMERIKA SERIKAT - Muslim Amerika merasa cukup senang, setelah adanya ijin kepada seorang veteran Angkatan Udara Muslim untuk naik pesawat ke Amerika Serikat setelah ditolak dua kali hak untuk mengunjungi ibunya yang sakit, Senin, 19 November
"Kami menyambut baik perkembangan positif dalam kasus ini," Adam Soltani, direktur eksekutif dari Council on American-Islamic Relations (CAIR) Oklahoma, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diperoleh oleh OnIslam.net.
Saadiq Long, yang bertugas selama sepulih tahun di militer AS, telah dilarang kembali ke Amerika Serikat karena otoritas AS telah menempatkan namanya dalam daftar larangan terbang.
Tetapi pada hari Minggu malam, ia diizinkan untuk naik pesawat dari ibukota Qatar, Doha, ke Amsterdam. Dia kemudian akan terbang ke Detroit dan diperkirakan akan tiba di Oklahoma City Senin malam jika tidak ada penundaan.
"Kami berharap Mr. Long tidak akan menghadapi kesulitan birokrasi ketika ia kembali ke tanah kelahirannya," kata Soltani.
Masalah bermula enam bulan lalu ketika dia membeli tiket KLM tujuan Oklahoma, di mana ia dibesarkan untuk melihat ibunya yang sakit. Kunjungannya adalah yang pertama setelah veteran Muslim itu menghabiskan waktu sekitar 10 tahun mengajar bahasa Inggris di tiga negara Arab yakni Mesir, Uni Emirat Arab dan Qatar.
Tapi yang tak terduga terjadi, ia diberitahu oleh seorang perwakilan KLM bahwa ia tidak diperbolehkan naik pesawat karena namanya ditempatkan dalam daftar larangan terbang AS. Veteran Muslim itu tidak pernah didakwa atau diindikasikan dalam kejahatan apapun.
Tidak menerima pemberitahuan apapun mengenai larangan terbang, Saadiq pekan lalu mencoba kembali naik pesawat untuk mengunjungi ibunya yang sakit, namun ia kembali dilarang naik pesawatnya dari Qatar ke AS.
Beberapa hari yang lalu, adik Saadiq ini meluncurkan petisi online untuk menekan pemerintah AS untuk mengizinkan adiknya kembali ke rumah. Petisi itu telah mengumpulkan lebih dari 6.000 tanda tangan sejauh ini.
Dijalankan pada tahun 2003 dan dikendalikan oleh Pusat Skrining Teroris FBI, daftar "larangan terbang" mencakup sekitar 20.000 orang yang dianggap oleh lembaga yang dikenal memiliki, atau patut diduga memiliki, hubungan dengan terorisme. Sekitar 500 dari mereka adalah warga negara AS, menurut juru bicara lembaga itu.
Pada bulan Mei tahun ini, lima belas Muslim Amerika, termasuk empat veteran militer, menggugat pemerintah federal karena ditempatkan pada daftar "no-fly" tanpa alasan yang jelas.
Pada tahun 2009, sembilan anggota keluarga Muslim dikeluarkan dari penerbangan domestik AirTran Airways ke Orlando, Florida, setelah mereka mengobrol tentang kursi mereka di pesawat.
Insiden lain terjadi pada 2006 ketika enam imam telah dikeluarkan dari penerbangan domestik karena dianggap berperilaku yang mencurigakan. Mereka dikeluarkan dari penerbangan, diborgol dan ditahan di bandara untuk diinterogasi selama lebih dari lima jam.
CAIR sebelumnya telah menyerukan Departemen Kehakiman untuk menyelidiki tindakan "pemaksaan dan intimidasi" yang digunakan oleh FBI untuk menekan warga Muslim agar memberi hak konstitusional mereka jika mereka ingin kembali ke Amerika Serikat dari luar negeri.(MuslimDaily)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !