Bandung - Bukan Setara Institute namanya kalau tidak terus memojokkan umat Islam dengan isu intoleransi. Apalagi di Jawa Barat yang sebentar lagi akan menggelar Pilkada. Isu ini bisa mengarah pada dukungan salah satu kandidat cagub-cawagub yang dikenal liberal. Sebaliknya ingin membentuk opini negatif pada kandidat-kandidat yang terlihat Islami.
Tak ada yang baru dari hasil 'riset sampah' Setara. Seperti yang sudah-sudah lembaga yang dipimpin Hendardi ini menyatakan Provinsi Jawa Barat menempati peringkat pertama sebagai wilayah yang paling banyak terjadi tindakan intoleransi berupa pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan.
"Kasus sebanyak 224 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama itu merupakan peristiwa yang terjadi dari Januari hingga awal November ini, dan 80-90 persennya terjadi di Jawa Barat," kata Peneliti Setara Institute, Ismail Hasani, saat menghadiri acara Hari Toleransi Internasional, di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, seperti dikutip Antara News, Jumat (16/11/2012).
Ismail mengatakan, dari 224 peristiwa pelanggaran kebebasaan beragama atau berkeyakinan tersebut, terdapat 315 bentuk tindakan yang mayoritasnya merupakan tindakan pengrusakan tempat ibadah dan sisanya intimidasi.
"Jadi kasus intoleransi yang terjadi di kita itu bisa berupa intimidasi hingga perusakan. Yang cukup sering terjadi adalah perusakan rumah ibadah, perusakan masjid. Dan dua kelompok yang paling sering mendapat tindakan intoleransi itu adalah umat Kristiani dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)," katanya.
Menurut dia, kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di Jawa Barat sejak dua tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan.
"Dua tahun ini, tren peristiwa pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan di Jabar meningkat, tahun lalu itu hanya sekitar 66 peristiwa saja," kata dia.
Menanggapi pernyataan Setara Institute ini, Ketua DDII Bekasi Ustad Bernard Abdul Jabbar, hanya geleng-geleng kepala. Ia heran dari dulu LSM-LSM liberal semacam Setara Institute ini terus-terusan jualan isu intoleransi.
"Kok orang-orang ini ngga pinter-pinter ya. Sampai sekarang masih saja tidak bisa membedakan antara kebebasan beragama dengan penodaan agama," katanya kepada Suara Islam Online, Jumat sore (16/11/2012).
Menurut Ustad Bernard, riset-riset LSM liberal -jika layak dikatakan sebagai riset- selalu membela kesesatan dengan mengenyampingkan ajaran Islam yang telah dinodai oleh mereka. Seperti dalam kasus Ahmadiyah. Padahal jika melihat dari sisi ini, justru ajaran Islam yang lurus dan mayoritas umat Islam lah yang menjadi korban penistaan kelompok minoritas itu.
Sementara jika dalam kasus pendirian gereja liar, LSM liberal itu selalu berteriak kebebasan bergama dengan menutup mata terhadap tindakan gereja yang melakukan penipuan dan pemalsuan dalam mendirikan rumah ibadah.
"Atau jangan-jangan ini bukan masalah pintar atau tidak. Tapi masalah kucuran dana asing?," tanyanya retoris.(SI-Online)
orang sunda adalah terkuat agamanya
BalasHapusjawa barat kuat islamnya maka negara pun akan kuat pondasinya
BalasHapusmau jajah indonesia dengan liberalisme dan pluralisme,langkahi dulu orang jabar
BalasHapus