Paris - Islam makin diyakini bakal memiliki pengaruh besar bagi negara Prancis. Meskipun lebih dari setengah warga Prancis melihat pengaruh itu sebagai ancaman terhadap identitas Prancis. Demikian hasil survei yang digagas surat kabar Le Figaro yang dipublikasikan, Kamis lalu (25/10/2012).
Disebutkan survei tersebut, sekitar 60 persen warga Prancis percaya Islam memiliki pengaruh. Prosentase ini naik ketimbang tahun lalu. Dari 60 persen itu, sekitar 43 persen dia ntaranya menganggap pengaruh tersebut merupakan ancaman.
"Hanya 17 persen yang mengakui pengaruh itu akan memperkaya masyarakat Prancis," demikian hasil survei tersebut seperti dikutip reuters.com, Jumat (26/10).
Kepala Departemen Litbang Le Figaro, Jerome Fourquet, mengatakan hasil jajak pendapat ini merupakan dampak dari masuknya berita tentang jilbab, makanan halal, dan serangan teroris dalam tajuk di media Prancis. "Ini juga menunjukkan adanya penguatan pandangan orang Prancis terhadap muslim," kata dia.
Ketua Dewan Muslim Prancis (CFCM), Mohammed Moussaoui, mengatakan ketakutan terhadap Islam dipicu manipulasi politik dari keprihatinan atas imigrasi dan ketakutan terhadap penduduk muslim yang berkembang akan menerapkan hukum syariah.
Survei yang digelar 15-18 Oktober melibatkan 1.726 orang. Setiap pertanyaan survei menyingung resistensi yang berkembang dikalangan warga Prancis terhadap simbol agama Islam.
Islam Phobia
Ketakutan berlebihan terhada Islam di Prancis memang menggejala. Pada pertengahan tahun lalu, para muslimah resmi dilarang memakai burqa (cadar). Aturannya, siapapun yang mengenakan pakaian tapi menyembunyikan wajahnya di muka umum akan kena denda 150 euro.
Sementara siapapun yang memaksa orang lain mengenakan burqa akan kena denda 30 ribu uero. Ini berlaku di tempat umum di Prancis seperti jalan, taman, stasiun kereta, balai kota, restoran, toko.
Target aturan ini adalah muslimah yang mengenakan burqa dan niqab.
Sementara tokoh sayap kanan Prancis, Marine Le Pen pernah mendesak pemerintah untuk melarang adzan, makanan halal dan pembiayaan asing atas masjid di Prancis. Desakan itu diutarakannya dalam wawancara bersama harian 'Le Monde', Jumat (21/9/2012).
Merespon desakan itu, Presiden Prancis, Francois Hollande mengatakan kebijakan yang membuat masyarakat menangis merupakan hal yang tidak pantas. "Kita harus menerapkan aturan, yang kita kenal sebagai aturan Republik Prancis dan sekularisme," kata dia.
Beberapa waktu lalu situasi Prancis memanas ketika Charlie Hebdo, sebuah media penghina Islam, kembali memuat karikatur pelecehan terhadap NAbi Muhammad Saw.(SI-Online)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !