Yangon - Hari raya Idul Adha tahun ini tak dapat dirayakan umat Islam di Myanmar. Pasalnya sebagian kaum Muslimin justru menjadi korban keganasan kalangan Budha. Setidaknya 112 orang, termasuk 61 wanita telah tewas dan 72 lainnya terluka dalam kerusuhan antara Muslim dan Buddha terbaru yang terjadi di Negara Bagian Barat Rakhine, Myanmar selama empat hari terakhir sejak 22 Oktober.
Sebelumnya, AFP melaporkan setidaknya 56 orang tewas dan ribuan rumah dibakar dalam kerusuhan antarkelompok di Myanmar barat, kata seorang juru bicara pemerintah lokal Jumat, sementara pihak internasional cemas atas aksi kekerasan yang meningkat di negara bagian itu.
Penduduk meninggalkan rumah-rumah mereka setelah bentrokan terbaru di negara bagian Rakhine, yang dilanda kerusuhan antara warga Buddha dan Muslim pada Juni yang menyebabkan puluhan ribu orang sebagian besar warga Rohingya yang Muslim mengungsi. Demikian diberitakan Xinhua, Jumat (26/10/2012).
Lebih dari 150 orang kini tewas di negara bagian itu sejak Juni, kata pihak berwenang, yang memberlakukan keadaan darurat untuk mencegah terjadinya ketegangan lebih jauh di daerah itu.
"Dua puluh lima pria dan 31 wanita tewas di empat kota dan 2.000 rumah dibakar," kata juru bicara negara bagian Rakhine Win Myaing kepada AFP, sementara seorang pejabat di Yangon yang tidak bersedia namanya disebut mengatakan jumlah itu bisa meningkat menjadi 567 orang.
Warga Rohingya di Myanmar yang berjumlah sekitar 800.000 orang dianggap sebagai imigran ilegal dari Bangladesh oleh pemerintah dan banyak warga Myanmar yang menyebut mereka "orang-orang Benggali".
Kerusuhan terbaru itu, memicu organisasi-organisasi Islam utama Myanmar membatalkan perayaan empat hari Idul Adha yang dimulai Jumat, dan ini dianggap sebagai tantangan serius bagi pemerintah saat negara itu bangkit dari puluhan tahun di bawah pemerintah militer.
Washington dan PBB mengecam aksi kekerasan dengan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland Kamis mendesak kedua pihak "menahan diri dan segera menghentikan semua serangan".
Pertumpahan darah di Rakhine menodai reformasi oleh Presiden Thein Sein termasuk pembebasan ratusan tahanan politik dan terpilihnya pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi menjadi anggota parlemen.(suaraislam)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !