Belakangan ini nama Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab ramai
diperbincangkan, terutama menyangkut gerakan "wahabi" atau "salafi
wahabi" yang dituduh menjadi sumber gerakan radikalisme dan dinisbatkan
kepada namanya. Bahkan, baru-baru ini diluncurkan sebuah buku tendensius
berjudul "Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi" yang diterbitkan oleh
LkiS, Yogyakarta. Lalu, siapakah sebenarnya Syekh Muhammad Bin Abdul
Wahhab? Berikut biografi singkat beliau yang dikumpulkan dari berbagai
sumber. Semoga bermanfaat!
Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dilahirkan di Nejed, tahun 1703
Masehi. Syekh Abdul Wahab tergolong Banu Siman, dari Tamim.
Pendidikannya dimulai di Madinah yakni berguru pada ustadz Sulaiman
al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab
adalah pendiri kelompok Wahabi yang mazhab fikihnya dijadikan mazhab
resmi kerajaan Saudi Arabia, hingga saat ini.
Sebenarnya, beliau bersama pengikutnya lebih senang menamakan kelompoknya dengan al-Muwahhidun (pendukung
tauhid). Namun orang-orang Eropa dan lawan-lawan politiknya menisbatkan
nama ‘Wahabi' untuk menjuluki beliau dan gerakan yang dipimpinnya.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal di dunia Islam berkat
perjuangannya memurnikan ajaran Islam melalui pemurnian tauhid. Masalah
tauhid, yang merupakan pondasi agama Islam mendapat perhatian yang
begitu besar oleh Syekh Muhammad Abdul Wahhab. Perjuangan tauhid beliau
terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut
beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti
takhayul, bid'ah dan khurafat (TBC) yang bisa menjatuhkan pelakunya
kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali,
mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan
keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap
kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut.
Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati
melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia
telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma,
pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil
berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.
Pencemaran terhadap ajaran Islam yang murni bermula di masa
pemerintahan Islam Abbasiah di Baghdad. Kemajuan ilmu pengetahuan di
zaman ini telah menyeret kaum muslimin untuk ikut pula memasyarakatkan
ajaran filsafat yunani dan romawi. Selain itu, pengaruh mistik platonik
dari budaya Rusia ikut menimbulkan pengaruh negatif pada ajaran Islam.
Puncaknya adalah berbagai macam kebatilan dan takhyul yang dipraktekkan
kaum Hindu mulai diikuti orang-orang Islam. Wilayah Arab, sebagai tempat
kelahiran Islam pun tidak luput dari pengaruh buruk tersebut.
Orang-orang Arab terpecah belah karena perselisihan dan persaingan di
antara suku, mengalami kemunduran di berbagai aspek kehidupan. Di saat
seperti inilah Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab muncul untuk kemudian
membersihkan anasir-anasir asing yang menyusup ke dalam kemurnian Islam.
Di masa pendidikannya, kedua orang guru Syekh Muhammad bin Abdul
Wahhab, yakni Syekh Sulaiman Al-Kurdi dan Syekh Muhammat Hayat al-Sind
telah melihat tanda-tanda kecerdasan Syekh Abdul Wahhab. Mereka
menemukan tanda-tanda kemampuan ijtihad pada diri Syeh Abdul Wahhab. Tak
lama kemudian, Syekh Abdul Wahhab melakukan perjalanan untuk beberapa
tahun ; empat tahun di Basrah, lima tahun di Baghdad, setahun di
Kurdistan, dua tahun di Hamdan, dan empat tahun di Ishafan, tempat ia
mempelajari filsafat, tasawuf, dan ishrakiya. Sekembalinya ke daerah
asalnya, ia menghabiskan waktu setahun untuk merenung, dan baru setelah
itu ia mengajukan pokok-pokok pikirannya seperti termaktub dalam kitab al-Tauhid kepada masyarakat.
Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak
mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk
kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain. Pemikirannya malah
mendapatkan sambutan di luar daerah kelahirannya, yaitu di Dariya.
Akhirnya beliau bersama keluarganya meninggalkan tanah kelahirannya dan
pergi ke Dariya. Kepala suku Dariya pada saat itu, Muhammad bin Saud
malah menerima pemikiran-pemikiran beliau dan melakukan propaganda
untuknya.
Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara
sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud untuk
menegakkan Islam. Dalam waktu setahun sesampainya di Dariya, Syekh Abdul
Wahhab memperoleh pengikut hampir seluruh penduduk di kota. Di kota
tersebut pula, beliau membangun masjid sederhana dengan lantai batu
kerikil tanpa alas.
Sudah diketahui umum, masjid-masjid yang terpengaruh mazhab atau
pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab atau sering disebut dengan
istilah "wahabi" dibangun secara sangat sederhana tanpa hiasan apapun.
Mereka juga menghancurkan batu-batu nisan dan kuburan, bahkan juga di
Jannatul Baqi, untuk menjaga jangan sampai menjadi benda pujaan
orang-orang sesat atau orang-orang Islam yang bebal.
Selanjutnya, pengikut Syekh Abdul Wahhab makin lama makin bertambah.
Sementara itu, keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupanya terlibat
dalam peperangan dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun,
secara perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya. Di tahun 1765
Ibnu Saud meninggal dunia dan digantikan oleh Abdul Aziz yang tetap
mempertahankan Syekh Abdul Wahhab sebagai pembimbing spiritualnya.
Seiring dengan perjalanan waktu, gerakan kaum Muwahhidun (Wahabi)
ini segera menyebar ke dunia Islam lainnya dan mendapatkan banyak
pengikut. Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung dan unsur utama garakan
ini segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk
kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi
mazhab fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa, dan juga dianut oleh
para murid Syekh Muhammad Abduh di Mesir. Syekh Muhammad Abdul Wahhab
pun akhirnya dikenal sebagai seorang pemikir dan pembaru di dunia Islam.
Gerakannya telah menggetarkan dan bergema di seluruh dunia, dan
merupakan sarana yang sangat besar dalam mempersatukan dunia Arab yang
penuh persaingan ke bawah kekuasaan keluarga Saudi.
Inti ajaran Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab didasarkan atas
ajaran-ajaran Syekhul Islam, Ibnu Taimiyah dan mazhab Hambali.
Prinsip-prinsip dasar ajaran tersebut adalah : (1) Ketuhanan Yang Esa
dan mutlak (karena itu penganutnya menyebut dirinya dengan nama al-Muwahhidun).
(2) Kembali pada ajaran Islam yang sejati, seperti termaktub dalam
Al-Qur`an dan Hadits. (3) Tidak dapat dipisahkan kepercayaan dari
tindakan, seperti sholat dan beramal. (4) Percaya bahwa Al-Qur`an itu
bukan ciptaan manusia. (5) Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur`an dan
Hadits. (6) Percaya akan takdir. (7) Mengutuk segenap pandangan dan
tindakan yang tidak benar (8) Mendirikan Negara Islam berdasarkan hukum
Islam secara sempurna.
Salah satu fatwa Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab - yang juga kadang
dijuluki sebagai Syekhul Islam - adalah tentang penguasa yang berhukum
dengan selain syariat Islam. Beliau memaknai toghut sebagai :
"Segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, diikuti dan ditaati
dalam perkara‐perkara yang bukan ketaatan kepada Allah dan Rasul‐Nya ,
sedang ia ridha dengan peribadatan tersebut".
Beliau menjelaskan : "Thaghut itu sangat banyak, akan tetapi para pembesarnya ada lima, yaitu :
- Setan yang mengajak untuk beribadah kepada selain Allah.
- Penguasa dzalim yang merubah hukum‐hukum Allah.
- Orang‐orang yang berhukum dengan selain hukum yang diturunkan Allah.
- Sesuatu selain Allah yang mengaku mengetahui ilmu ghaib.
- Sesuatu selain Allah yang diibadahi dan dia ridha dengan peribadatan tersebut.
Tujuan utama ajaran Syekh Abdul Wahhab adalah memurnikan tauhid umat
yang sudah tercemar. Untuk itu, beliau sangat serius dalam memberantas
bid'ah, khurafat dan takhyul (TBC) yang berkembang di tengah-tengah
umat. Beliau menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi
tempat-tempat keramat untuk mencari berkah. Beliau menganggap bahwa
segala objek pemujaan, kecuali terhadap Allah SWT, adalah palsu. Menurut
beliau, mencari bantuan dari siapa saja, kecuali dari Allah SWT, ialah
syirk.
Gerakan al-Muwahhidun atau yang kini sering disebut sebagai
gerakan "wahabi" ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Inggris di daerah
perbatasan dan Punjab sampai 1871. Ketika itu pemerintah Inggris
bersekongkol untuk mengeluarkan ‘fatwa' guna memfitnah kaum Wahhabi
sebagai orang-orang kafir. Hingga kini, ternyata fitnah dan tuduhan
kepada dakwah beliau terus berlangsung, yakni dianggap sebagai pemicu
radikalisme. Padahal, beliau adalah seorang muwahhid, pembaru Islam yang memurnikan aqidah umat dari bahay syirik.
Syekh Muhammad Abdul Wahhab, pemikir dan pembaru, pejuang tauhid yang
memurnikan ajaran Islam ini wafat di tahun 1787 Masehi dan dimakamkan
di Dariya. Sepeninggal beliau, ajarannya diteruskan oleh murid-muridnya,
dan misi pemurnian ajaran Islam terus bergema hingga saat ini. Semoga
Allah SWT., menerima seluruh amal sholeh beliau.
Wallahu'alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !