Ternyata
tidak ada negara di dunia ini yang sebebas di Indonesia. Jangankan umat
mayoritas, umat minoritas di Indonesia bisa leluasa beribadah. Bahkan
umat minoritas dalam sebuah wilayah yang hanya terdiri dari tiga Kepala
Keluarga saja, disini nekad mau mendirikan tempat ibadah.
Kondisi ini berkebaklikan dengan di Hong Kong. Di wilayah Republik
Rakyat Cina (RRC) ini, menjalankan salat Ied saja tidak mudah. Untuk
izin tempat saja butuh waktu satu tahun. Seperti pelaksanaan salat Ied
di Victoria Park, Hong Kong.
Menurut siaran pers PBNU yang diterima oleh merdeka.com, Ahad
(19/8), panitia pelaksanaan salat Idul Fitri dari Konsulat Jenderal
Republik Indonesia (Konjen RI) harus menunggu selama 1 tahun hanya untuk
menunggu izin dari otoritas pengelolaan Hong Kong untuk menggunakan
Victoria Park sebagai lokasi salat Ied.
"Selesai salat Idul Fitri tahun ini, kami sudah langsung ajukan izin
untuk pelaksanaan tahun depan. One year proses turunnya izin," ungkap
salah seorang staf Konjen RI yang enggan disebut namanya.
Selain berkaitan dengan izin, terdapat hambatan lain untuk peserta salat
Ied, yaitu waktu untuk menjalankan salat tersebut. Jika di Indonesia
salat Ied biasa dimulai pukul 07.00 WIB, namun di Hong Kong, ibadah yang
bertepatan dengan hari libur baru bisa dimulai di atas jam 09.00 waktu
setempat.
"Tidak ada istilah ibadah diberi kebebasan. Jadi kalau weekend, pengeras
suara yang jangkauannya bisa melebihi beberapa blok hanya diijinkan di
atas jam sembilan pagi. Dan itu diatur dalamundang-undang," tambah sang
staf Konjen RI.
Faktor kebersihan area Victoria Park juga menjadi halangan. Sebelum dan
sesudah jalannya ibadah area taman dipastikan harus kembali bersih. Jadi
panitia pelaksana harus bisa menegakkan ketertiban jamaah agar tidak
diberikan sanksi.
"Makanya kami terus suarakan dengan pengeras, koordinator masing-masing
jamaah harus bisa menjaga anggotanya untuk tertib. Sampah harus diambil
dan dibuang ke tempatnya, dan pohon harus dijaga agar tidak rusak," ujar
Edi, staf Konjen RI lainnya.
Edi menambahkan, meski demikian, pihaknya merasa sangat bersyukur Idul
Fitri tahun ini bertepatan dengan hari Ahad. Kondisi ini menjadikan
jumlah jamaah bisa sangat besar. "Seandainya Idul Fitri bertepatan hari
kerja, kami dari Konjen harus menyediakan formulir surat izin untuk
buruh migran ke majikannya," tegasnya.
Pada Idul Fitri tahun ini sedikitnya 60.000 jamaah mengikuti salat Idul
Fitri di Victoria Park. Sebagian peserta salat tersebut adalah buruh
migran Indonesia (BMI). Hadir sebagai Imam dan Khatib Salat Ied Ketua
Umum PBNU KH Said Aqil Siradj.
Said Aqil mengajak umat Islam tetapmengambil sisi positif keterbatasan
toleransi ini. Pasalnya, Hong Kong yang nyaris tidak memiliki masyarakat
beragama Islam masih tetap mengizinkan dilangsungkannya salat Idul
Fitri.
"Makanya tadi saya niatnya pengen menggetarkan Hong Kong dengan takbir.
Semoga di waktu mendatang bisa lebih baik, syukur pemeluk Islam terus
bertambah di Hong Kong," tuntas Said.
Red: shodiq ramadhan (www.suara-islam.com)
Home »
berita-islam
» Minim Toleransi, Tak Mudah Salat Ied di Hongkong
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !